>
Untaian Hikmah Ibnu Atha'illah Assakandari ( 2 ) | Untaian Mutiara Hikmah

Cari Blog Ini

Senin, 29 Juli 2013

Untaian Hikmah Ibnu Atha'illah Assakandari ( 2 )

إِرَادَتُكَ الْتَّجْرِيْد- اي ميل نفسك ايها المريد الصادق الى التجريد عن الاسباب الظاهرية اي خروجك عنها وعدم معاناتها – مَعَ إِقَامَةِ الْلَّهُ إِيَّاكَ فِيْ الْأَسْبَاب مِنَ الْشَّهْوَةِ الْخَفِيَّةِ

Yang di maksud dalam Matan Hikam yang kedua ini adalah Keinginan kamu menyerahkan semua pengharapan kepada Allah (tajrid) di saat ini Maksudnya adalah Wahai seseorang yang mengharapkan (murid / salik) Condongnya keinginanmu (nafsu) yang dibenarkan pada pengaharapanmu berpasrah diri pada allah disaat ini atas semua sebab-sebab perkara lahiriyah yang di harapkan oleh  syeikh ibnu athoillah di sini agar kiranya semua murid / salik agar setiap murid itu keluar dari mengharapkan hasil daripada sebab dan terlalu bergantung pada sebab yang intinya sebab itu adalah Ghoirullah (selain allah) karena teramat mustahil keinginanmu yang masih bergantung pada sebab dan akibat itu bisa besertaan disisi allah sedangkan rasa ketergantunganmu itu masih teramat kuat pada selain allah (sebab-akibat) itu masih termasuk seorang yang terjebaka pada halusnya syahwat yang tersembunyi.

 Mengenai maqam tajrid, terdapat dalam firmannya (dalam surat Al_Muzammil ayat 1-4) :

يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ . قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا . نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا . أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآَنَ تَرْتِيلًا .

  1. Hai orang yang berselimut (Muhammad), 2. Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), 3. (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. 4. Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.

Mengenai maqam asbab, terdapat dalam firmannya (dalam surat al-Furqan ayat 20) :

بعضكم لبعض فتنة اتصبرون وكان ربك بصيرا وجعلنا  

20. dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. maukah kamu bersabar dan adalah Tuhanmu Maha Melihat.

 

 a. Maqom Tajrid

Maqam Tajrid adalah dirimu jauh untuk melaksanakan asbab (berinteraksi dengan manusia lain/bekerja) karena posisi dan kondisi mu itu menuntut untuk meninggalkannya.atau bisa di istilahkan Hablun min Allah.

Ciri-cirinya adalah dirimu sudah ada yang menjamin dalam masalah rizqi, sehingga dengan mudah engkau dapat menghindar ke akhirat.

b. Maqam Asbab adalah selalu di kuasai oleh asbab(cara-cara interaksi dengan sesama), maksudnya di manapun ia bergerak, ia tidak bisa menghindar dari asbab tersebut.atau bisa di istilahkan dengan Hablun min an-nas.

Ciri-cirinya adalah dirimu adalah punya tanggung jawab terhadap kehidupan orang lain, sehingga harus memikirkan keberlangsungan kehidupan mereka.

engkau harus tahu situai dan posisi apa yang sedang Allah SWT tempatkan padamu. Ingatlah sekarang Allah sedang memposisikan dirimu di maqam asbab. Buktinya ia bebankan padamu tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Apabila kau berpaling dari posisi ini, ingat engkau sedang melakukakan ta’at secara lahiriyyah, tetapi sebenarnya kau mengikuti hawa nafsumu, agar kelihatan zuhud dan sufi di mata orang lain. Dan ini adalah kesalahan besar dan bahaya dalam syari’at agama Islam. Adapun metode dan sistem semestinya engkau harus tahu apabila Allah menjadikan dirimu pemimpin keluarga berarti artinya Dia telah memberikan tanggung jawab urusan keluarga padamu. Artinya engkau tidak bisa bermuamalah dengan Allah atas dasar keadaan dirimu sendiri saja, tapi kamu perlu memperhatikan kahidupan istri-istri dan anak-anakmu. Dengan kata lain, apabila engkau menyangka dirimu telah percaya penuh dengan pembagian Allah SWT sehingga kau konsen penuh untuk beribadah dan meninggalkan dunia, lalu kenapa engkau paksa istri dan anakmu untuk menjalankan kepercayaan itu? Dan untuk menjalankan zuhud yang kau inginkan itu?

Katakan pada orang ini : “Allah SWT telah menempatkan di antara dua piringan timbangan syari’atNya. Firman Allah SWT :

وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ . أَلَّا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ . وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلَا تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ.

  7. Dan Allah Telah meninggikan langit dan dia meletakkan neraca (keadilan). 8. Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. 9. Dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.

 Ingatlah! hidup ini untuk keluargamu bukan untuk dirimu sendiri, dan yang dapat mengatur perjalanan agamamu adalah ketentuan syari’at-Nya. Sementara syara’ menyuruhmu untuk mempersiapkan-semampumu- kehidupan yang layak bagi keluargamu, dan untuk mendidik putra-putrimu lahir dan batin dengan didikan yang baik lagi sempurna. Apabila engkau berpaling dari asbab ini, itu artinya kau telah berbuat buruk dan su’ul-adab kepada allah SWT. Karena kau telah berpaling dari aturan-aturan(Sunnatullah) yang semestinya.  

Dan ingatlah! mematuhi perintah-perintah ini adalah ibadah bagimu, itu adalah tasbih dan tahmidmu.

Yang perlu di perhatikan, ta’at dan ibadah itu tidak tertentu hanya pada amalan-amalan khusus saja, lalu bila tidak melakukan amalan-amalan itu ia di sebut materialistis (bersifat duniawi).

 Tapi semua amal kebaikan itu ibadah, apabila ada niat dan tujuan Allah SWT tergantung situasi dan kondisi. 

تنوعت اجناس الأعمال بتنوع واردات الاحوال

  “Amal itu bermacam-macam sesuai keadaan manusia”

Oleh karena itu, amal shalih bagi orang yang tidak ada hubungan dengan masyarakat dan jauh dari tanggung jawab(seperti santri) itu adalah ibadah yang kembali pada dirinya seperti sholat, puasa, dzikir dan lain-lain. 

  وَإِرَادَتُكَ الْأَسْبَابَ – اي التسبب والاكتساب – مَعَ إِقَامَةِ الْلَّهُ إِيَّاكَ فِيْ الْتَّجْرِيْدِ – اي بأن يسرلك القوة من حيث لا يحتسب وجعل نفسك مطمئنة عند تعذره متعلقة بمولاها ودمت علي الاشتغال بوظائف تعالي العبادات – انْحِطَاطٌ عَنِ الْهِمَّةِ الْعَلِيَّةِ – لارادتك الرجوع الي الخلق بعد تعلق بالحق ولولم يكن الا مخالطة أبناء الدنيا فيماهم فيه لكان كافيا في دناءة الهمة  

 Sedangkan keinginanmu untuk selalu berkecimpung di dalam maqom al-asbab ) sebab dan musabab pekerjaan.sedangkan Allah menempatkanmu pada maqom at-tajrid  intinya allah telah memudahkanmu dalam bentuk kekuatanmu untuk mengerjakan sebab dan menerima akibat dari sumber yang tidak disangkanya dan allah juga yang telah menjadikan kamu seorang yang tenang ketika sulitnya atau berkurangnya kekuatan pada dirimu namun dirimu tetap bergantung pada allah semata dan dirimu tetaplah seorang yang melanggengkan diri pada semua ketetapan dari allah swt adalah ibadah itu adalah satu penurunan dari pada himmah ( pemikiran yang tinggi ) karena sebab keinginanmu kembali bergantung pada mahluk setelah bergantung dirimu pada allah.walaupun adanya dirimu itu tidak mencampur ketetapan dunia di dalam perkara yang telah di tetapkan allah dalam masalah ini . karena dalam masalah ini keadaanmu terpenuhi oleh sebab jelek-jeleknya tujuanmu.

dengan kata lain Ada sebagian orang yang sudah tidak memerlukan lagi mencari rizki karena dia tidak mengurusi keluarga dan orang lain dan sudah di anugrahi Allah kecukupan rizki, maka dia harus menggunakan waktunya untuk mencari ilmu, ibadah dan dzikir (mengingat Allah).disini syeikh Ibnu Athoillah menyarankan untuk tidak terjun masalah duniawi karena itu akan menurunkannya dari cita-cita luhur.Apabila engkau ingin bermalas-malasan karena telah percaya pada hartamu, lalu kamu hanya makan, minum dan tidur sampai kamu mati, ini artinya kahidupanmu seperti hewan. Adapun jika kamu ingin mempelajari agama-Nya dimana karena kamu telah kecukupan dalam segi materi, maka inilah metode terbaik dan paling tepat bagi orang yang memiliki cita-cita luhur. Itu di karenakan ketika Allah SWT menjauhkan dirimu dari tanggung jawab, itu berarti Allah menempatkan dirimu pada maqam tajrid.

Apabila orang ini berkata : “Tapi bekerja kan juga ibadah, sesuai dengan firman Allah SWT ……dan sabda Rasul…. ?”.

 Maka ketahuilah! bahwa gejolak jiwa yang menggodanya ini adalah rayuan syaitan dan itu hanyalah penurunan dari derajat yang tinggi 

Jika perkataan ini benar perintah ketuhanan, itu berarti kita akan menyalahkan perbuatan para santri-santri yang mondok diberbagai pondok. Yaitu para pemuda yang di tempatkan Allah pada maqam tajrid dan bebas dari beban asbab lalu mendarmakan hidupnya untuk mempelajari agama Islam dan hukum-hukumnya. Para pemuda-pemuda ini selama belum memiliki beban tanggung jawab keluarga atau masyarakat, dan mereka masih tetap dan semangat belajar ilmu-ilmu agama Islam, maka kita menganggap mereka adalah orang-orang besar dan orang-orang yang lebih di antara manusia,kita mengharap turunnya rahmat Allah bertawassul dengan mereka.

 Dari sini kami dapat menyimpulkan bahwa syara’ itulah yang menjadi barometer seorang apakah dia ada di maqam tajrid atau asbab?. Apabila sampai melewati ketentuan-ketentua syari’at demi mengikuti keinginan dan kesukaan hatinya, maka akan terjebak dalam kondisi yang disebut syahwat yang samar (الشهوة الخفية), atau turun dari cita-cita tinggi (انحطاط عن الهمة العلية).ini adalah kelalaian diri. 

================================================================

Yang di maksud dengan :

 Al-Tajrid : Berarti seseorang yang tidak lagi bimbang sedikitpun di dalam hatinya akan janji-janji yang telah di tetapkan allah itu bergantung pada sebab dan akibat , karena seseorang itu telah mencapai martabat tawakkal yang tertinggi (tajrid).

  AL-ASBAB : sesuatu yang menjadi sebab dan akibatnya (wasilah) seorang Murid / salik sampai di sisi allah swt yaitu pencapaian puncak di dunia ini dengan perkara yang selain allah.Umpamanya mencari rezeki yang halal melalui dagang dan bekerja yang diridhoi Allah. jadi Usahahnya itu adalah sebab rizkinya itu adalah akibat padahal allah itu tidak butuh itu semuanya.

================================================================

Seperti firman allah dalam alqur’an : 

وَتَوَكَّلْ عَلَى ٱلْحَىِّ ٱلَّذِى لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِۦ ۚ وَكَفَىٰ بِهِۦ بِذُنُوبِ عِبَادِهِۦ خَبِيرًا

Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya. (Al-Furqan ayat 58)

 وَمَا لَنَآ أَلَّا نَتَوَكَّلَ عَلَى ٱللَّهِ وَقَدْ هَدَىٰنَا سُبُلَنَا ۚ وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَىٰ مَآ ءَاذَيْتُمُونَا ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُتَوَكِّلُونَ

 Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri ( Ibrahim -12)

 وَعَلَى ٱللَّهِ فَتَوَكَّلُوٓا۟ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman (al maidah 23)

Dalam hal ini Para Nabi-nabi dan para ‘arifin telah mengumpulkan dalam mufaqatnya bahwasanya dalam hal wajibnya bertawakkal kepada allah bagi semua mahluk yang Hidup .karena setiap Mahluk itu pastilah bergantung kepada allah dan sangatlah di wajibkan dalam setiap Usahanya itu haruslah bergantung pada allah bukan pada selain allah (sebab-akibat ) karena allah itu maha meliputi pada hasil akhirnya bukan menilai pada sebab dan akibatnya.

Tawakkal adalah bagian dari syari’at islam, karenanya setiap orang diperintahkan untuk bertawakkal. Al-Qur’an sangat menaruh perhatian terhadap permasalahan tawakal ini. Sehingga dijumpai banyak ayat-ayat yang secara langsung menggunakan kata yang berasal dari kata tawakkal.

1 .Ayat-ayat yang menyebutkan Tawakal merupakan perintah Allah SWT.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an ;

وَإِن جَنَحُواْ لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. ( QS. Al Anfaal : 61 )

Diayat lain Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman :

وَلِلّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الأَمْرُ كُلُّهُ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.( QS. Huud : 123 )

Firman Allah :

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ

Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, (QS. Asy Syu’arra : 217)

Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّكَ عَلَى الْحَقِّ الْمُبِينِ

Sebab itu bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran yang nyata.(QS.An Naml:27 )

Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا

dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara. (QS.Al Ahzab : 3 )

وَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ وَدَعْ أَذَاهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا

Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang- orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pelindung.(QS.Al Ahzab : 48 )

2.Ayat yang membicarakan tentang larangan bertawakal selain kepada Allah (menjadikan selain Allah sebagai penolong): Allah berfirman (QS. 17:2)

وَآتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَاهُ هُدًى لِّبَنِي إِسْرَائِيلَ أَلاَّ تَتَّخِذُواْ مِن دُونِي وَكِيلاً

Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): “Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku,( QS. Al Israa’:2 )

3.Orang yang berimana hanya bertawakkal kepada Allah.

Allah berfirman :

إِذْ هَمَّت طَّآئِفَتَانِ مِنكُمْ أَن تَفْشَلاَ وَاللّهُ وَلِيُّهُمَا وَعَلَى اللّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu’min bertawakkal.(QS.Ali Imran : 122) 

Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

إِن يَنصُرْكُمُ اللّهُ فَلاَ غَالِبَ لَكُمْ وَإِن يَخْذُلْكُمْ فَمَن ذَا الَّذِي يَنصُرُكُم مِّن بَعْدِهِ وَعَلَى اللّهِ فَلْيَتَوَكِّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu’min bertawakkal. (QS. Ali Imran “ 160 )

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اذْكُرُواْ نِعْمَتَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ هَمَّ قَوْمٌ أَن يَبْسُطُواْ إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنكُمْ وَاتَّقُواْ اللّهَ وَعَلَى اللّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan ni’mat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mu’min itu harus bertawakkal.(QS.Al-Maidah :11 ) 

 

قَدِ افْتَرَيْنَا عَلَى اللّهِ كَذِبًا إِنْ عُدْنَا فِي مِلَّتِكُم بَعْدَ إِذْ نَجَّانَا اللّهُ مِنْهَا وَمَا يَكُونُ لَنَا أَن نَّعُودَ فِيهَا إِلاَّ أَن يَشَاء اللّهُ رَبُّنَا وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا عَلَى اللّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ

Sungguh kami mengada-adakan kebohongan yang benar terhadap Allah, jika kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan kami dari padanya. Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan kami menghendaki(nya). Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakkal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.( QS. Al A’raf : 89 )

 TAWAKKAL Adalah Keyakinan yang terakhir inilah yang paling tinggi dan yang dikehendaki dari setiap orang ber-iman.Keyakinan ini merupakan pangkal atau fundamental pijakan kita menuju Allah SWT.  Keyakinan yang tinggi digambarkan sebagai keyakinan yang mutlak dan bulat yang tak dapat diganggu, tak dapat digoyahkan, bagaikan bola besi (bukan seperti bulat bola pingpong yang kalau dipukul keras bisa pecah atau benjol). seperti firman allah.

قُل لَّن يُصِيبَنَا إِلاَّ مَا كَتَبَ اللّهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَا وَعَلَى اللّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS. At Taubah : 51 )

 Keadaan atau kondisi semacam ini akan menghasilkan kekuatan yang maha dahsyat pada mereka yang memilikinya; dengan perkataan lain kondisi ini akan membuahkan berbagai kebaikan (khoiran), kemenangan, keberuntungan, kejayaan, rahmat, ampunan, keberkahan, kebahagiaan dunia dan akhirat.

Hal kedua yang harus ditekankan ialah kepasrahan kepada Allah Rabbul ‘Alamin. Kepasrahan seperti apa yang dikehendaki oleh Allah yang Maha Rahman ?

Jawabnya adalah Kepasrahan total tanpa syarat atau tanpa serep (reserve), bukan kepasrahan basa-basi atau kepasrahan seorang penjahat kepada polisi, setelah si penjahat tsb terpaksa menyerah karena tak ada daya lagi untuk lolos alias terpojok.

Yang diinginkan oleh-Nya adalah kepasrahan dengan sukarela dan hanya kepada-Nya saja, bukan kepada yang lain (ikhlas). Kepasrahan ini bagaikan kepasrahan seorang bayi dalam pelukan ibunya, ia tidak memikirkan apa yang bakal terjadi pada dirinya; semuanya milik Allah, terserahlah kepada-Nya saja. Kepasrahan juga berarti tunduk dan patuh kepada kehendak-Nya, kepada petunjuk-Nya, kepada kodrat-Nya dan iradat-Nya.

 Hal ketiga yang perlu ditekankan adalah keharusan untuk berbudi pekerti atau berakhlak yang luhur. Dalam Islam hal ini digambarkan dengan wudhu perbuatan yang tidak boleh batal dalam kehidupan sehari-hari. Ketika batal wudhu dengan mudah kita berwudhu lagi, tetapi ketika perbuatan kita yang tercela, berlumur dosa, semisal menyakiti saudara kita tanpa alasan yang pantas, sukar sekali memulihkannya. Dalam hal itu kita membuat dua dosa / kesalahan, kepada orang itu langsung dan kepada Allah. Dalam Hadis nabawi di jelaskan 

 أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ قَالَ يُقَالُ حِينَئِذٍ هُدِيتَ وَكُفِيتَ وَوُقِيتَ فَتَتَنَحَّى لَه

 Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika seorang laki-laki keluar dari rumahnya lalu mengucapkan: ‘BISMILLAHI TAWAKKALTU ‘ALAALLAHI LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLA BILLAH (Dengan nama Allah aku bertawakal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah). ‘ Beliau bersabda: “Maka pada saat itu akan dikatakan kepadanya, ‘Kamu telah mendapat petunjuk, telah diberi kecukupan dan mendapat penjagaan’, hingga setan-setan menjauh darinya. Lalu setan yang lainnya berkata, “Bagaimana (engkau akan mengoda) seorang laki-laki yang telah mendapat petunjuk, kecukupan dan penjagaan.”

  عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا رَوَى عَنْ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَّهُ قَالَ يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوا يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلَّا مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُونِي أُطْعِمْكُمْ يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ إِلَّا مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُونِي أَكْسُكُمْ يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّي فَتَضُرُّونِي وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُونِي يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلَّا كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا يَلُومَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ

 “Hai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan diri-Ku untuk berbuat zhalim dan perbuatan zhalim itu pun Aku haramkan diantara kamu. Oleh karena itu, janganlah kamu saling berbuat zhalim! Hai hamba-Ku, kamu sekalian berada dalam kesesatan, kecuali orang yang telah Aku beri petunjuk. Oleh karena itu, mohonlah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikannya kepadamu! Hai hamba-Ku, kamu sekalian berada dalam kelaparan, kecuali orang yang telah Aku beri makan. Oleh karena itu, mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu makan! Hai hamba-Ku, kamu sekalian telanjang dan tidak mengenakan sehelai pakaian, kecuali orang yang Aku beri pakaian. Oleh karena itu, mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu pakaian! Hai hamba-Ku, kamu sekalian senantiasa berbuat salah pada malam dan siang hari, sementara Aku akan mengampuni segala dosa dan kesalahan. Oleh karena itu, mohonlah ampunan kepada-Ku, niscaya aku akan mengampunimu! Hai hamba-Ku, kamu sekalian tidak akan dapat menimpakan mara bahaya sedikitpun kepada-Ku, tetapi kamu merasa dapat melakukannya. Selain itu, kamu sekalian tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kepada-Ku, tetapi kamu merasa dapat melakukannya. Hai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta manusia dan jin, semuanya berada pada tingkat ketakwaan yang paling tinggi, maka hal itu sedikit pun tidak akan menambahkan kekuasaan-Ku. Hai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta jin dan manusia semuanya berada pada tingkat kedurhakaan yang paling buruk, maka hal itu sedikitpun tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku. Hai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang menyerap air ketika dimasukkan ke dalam lautan. Hai hamba-Ku. sesungguhnya amal perbuatan kalian senantiasa akan Aku hisab (adakan perhitungan) untuk kalian sendiri dan kemudian Aku akan berikan balasannya. Barang siapa mendapatkan kebaikan, maka hendaklah ia memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan barang siapa yang mendapatkan selain itu (kebaikan), maka janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri.”

Dua kategori manusia dalam konteks pencarian hidup di dunia :

1- Manusia yang ditentukan Allah pada martabat al-Asbab : Golongan ini bekerja mencari rezeki yang halal.Mereka pada kedudukan ini tidak boleh berhenti bekerja karena bekerja itu sendiri adalah suatu ibadah.Mereka yang meninggalkan pekerjaan semata-mata untuk beribadah kepada Allah yang sebenarnya sedang dirasuk oleh nafsu atau syahwat yang tersembunyi dan memperdayanya.

2- Manusia yang ditentukan Allah pada martabat Tajrid : Dalam tingkatan ini adalah semata-mata anugrah Allah yang tertinggi kepada siapa saja yang dikehendakiNya.Penghidupannya dipermudahkan oleh Allah sehingga dia tidak perlu bersusah payah dan bimbang serta ragu-ragu lagi dengan urusan mencari  Bekal  hidup yang berhubungan dengan kebendaan.Malah yang banyak rizki pula yang datang kepadanya karena itu telah yaqinakan janji yang di tetapkan allah kepadanya.

Golongan yang kedua ini walaupun mereka bekerja tetapi pekerjaan tidak mengganggu pemikiran dan tumpuan kepada allah swt dan dalam hatinya hanyalah allah yang menjadi sebab dan akibat berhasilnya semua urusan duniawi dan ukhrowinya . 

Pencapaian Murid dan salik dalam melalui (keluar) dari tahap – tahap kemauan dan harapan atau al-Irodah :

1- Irodah al-Tab’iy yaitu kemauan nafsu yang rendah dan keluar daripada kehendak ini adalah wajib.

2- Irodat al-Tamanni yaitu kemauan orang-orang yang bertawajjuh atau menuju pencapaian diri kepada keridhoan Allah dengan dirinya.

3- Irodah al-haq yaitu kemauan orang yang ikhlas yang hakikatnya membersihkan diri daripada kecintaannya pada yang selain Allah yaitu semua perkara yang dianggap najis syirik yang jali ( terang ) dan syirik yang khofi ( tersembunyi ). 

 TAJRID bagi ahli al-thoriq : menghilangkan keakuan hati dan sirr dan itu merupakan martabah yang tinggi.

1- Orang yang mencapai martabah khowas tidak wajar turun ke martabat awam.

2- Asbab itu bagi orang ahli Bidayah yang menjalani jalan ahli al-tawajjuh yaitu orang yang bergantung perhatian dan pengharapannya kepada keridhoan Allah.

3- Tajrid adalah ahli al-muwajahah (berhadapan) yang sampai kapada allah atau mereka yang tenggelam dalam kemesraan dan ke’asyikan jiwa mereka dalam maqom tauhid muthlaq.Mereka itu sering disebut ahli al-jazb yang tenggelam dalam kefana`an diri yaitu dia yang lebur dalam Ikhathoh,ma’iyah dan kedekatan yang sesungguhnya pada kebesaran Allah semata sehingga tiada yang ada kecuali allah semata.

 Ada pemuda yang di perintah oleh ayahnya : “Aku akan mengurusi dan memenuhi segala keperluanmu, yang aku kehendaki kamu Cuma konsentrasi mempelajari kitab Allah dan syari’at-Nya!” Maka santri ini oleh Allah SWT telah di tempatkan di maqam tajrid. Oleh karena itu dia dituntut untuk melakukan hal yang sesuai dengan maqamnya, yaitu mempelajari al-Quran dan ilmu syri’at.

 Orang seperti ini tidak boleh dikataan : “Syara’ memerintahmu untuk mencari rizqi dan mencegah untuk melakukan pengangguran”. karena yang diperintahkan syara’ untuk pergi ke pasar dan mencari rizqi itu adalah orang-orang yang tidak memiliki tanggung jawab seperti orang tua dan para pejabat. Adapun orang yang telah di beri Allah SWT kebutuhan rizqi, seperti santri maka di dia syari’atkan tidak mencari rizqi. Yang di larang Syara’ adalah jadi pengangguran padahal santri bukan menganggur tetapi waktunya di alihkan dari maqam asbab(cari rizki) ke maqam tajrid (mempelajari agama).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar