>
Untaian Hikmah Ibnu Atha'illah Assakandari ( 4 ) | Untaian Mutiara Hikmah

Cari Blog Ini

Selasa, 30 Juli 2013

Untaian Hikmah Ibnu Atha'illah Assakandari ( 4 )

أرح نفسك من التدبير فما قام به غيرك عنك لاتقوم به لنفسكTenangkanlah nafsumu (keinginanmu) dari urusan tadbir (yakni bersusah-payah dan merasa risau di dalam mengatur keperluan-keperluan hidup) karena apa yang diatur tentang urusan dirimu oleh selainmu , tidak perlu engkau campur tangan (yakni janganlah engkau mendirikannya pula untuk dirimu sendiri)أرح نفسك أيها المريد من التدبير لأمر دنياك وهو أن يقدر الشحص في
نفسه أحولا يكون عليهاعلى ما قتضيه شهوته ويدبرلها ما يليق بها من الأحوال وأعمال ويهتم لأجل ذلك وهذا تعب عظيم إستعجله لنفسه ولعل أكثر ما يقديره لايقع فيخيب ظنه وفي تعبيره  بأرح إشارة إلى أن المطلوب تركه للمريد هو ما فيه تعب ومعانة

Tenangkanlah nafsumu (keinginanmu) wahai murid... dari urusan TADBIR (yakni bersusah-payah dan merasa risau di dalam mengatur keperluan-keperluan hidup) atas urusan duniamu. Dan, adapun TADBIR adalah mengira-ngira seseorang dalam dirinya atas berbagai tingkah yang terbukti atas tingkat tersebut sesuai dengan perkara yang mendorong- syahwatnya. Dan mengatur atas tingkah terhadap perkara yang layak dengan syhwat tersebut dari berbagai tingkah serta berbagai amal, maka akan menemukan kebingungan (kesulitan) karena arah-arah TADBIR. Adapun yang diceritakan tadi adalah TA'IBUN ADHIMUN (kecapean yang sangat melelahkan) yang menyegerakan (mendorong) terhadap nafsumu, dan nyata sekali kebanyakan sangkaanya tidak akan berhasil, maka rugilah sangkaan tersebut. 
Adapun dalam memberi ibaratnya (mushonnif) dengan menggunakan lapad "ARIH" adalah satu petunjuk untuk seorang MURID, bahwa sesungguhnya perkara yang mesti dicari adalah meninggalkan TADBIR, sedangkan TADBIR tersebut didalamnya menyimpan kecapean yang luar biasa yang sangat melelahkan.....TADBIR: mengatur keperluan-keperluan untuk tegaknya hidup seseorang, Tadbir setengahnya dari MA'ISYAH (tatacara berniaga), seperti dalam sabdanya Nabi:

قال صلى الل عليه وسلم : التدبير نصف المعيشة

Adapun TADBIR adalah setengahnya dari MA'ISYAH
Oleh karena itu, Dalam uraian ini mushonnif akan memperjelas hikmah sebelumnya, yakni tingginya cita-cita serta pesatnya pikiran dan juga pesatnya keinginan, tidak akan mampu membelah ketentuan Allah yang diserupakan dengan benteng yang kokoh, oleh karenanya bagi si MURID tidak perlu menghabiskan pikiran serta memusatkan cita-cita untuk menghasilkan urusan dunia yang melupakan kepada Alloh, serta melelahkan pikiran, lantaran sudah ditanggung-jawab oleh Allah. Oleh karenanya perkara yg telah ditanngung-jawab oleh Alloh seharusnya bagi seorang MURID tidaklah perlu ikut campur, seperti orang tua yang menyekolahkan anaknya, yang telah dicukupkan keperluan untuk sekolahnya, tidak perlu seorang anak ikut campur memikirkan dan mencari uang hingga melupakan belajar....


أماتدبير أمور معاشه على وجه سهل يستعين به على مطلوبه فلابأس به ولذا ورد التدبير نصف المعيشة  فما قام به غيرك عنك لاتقوم به لنفسك يعني أن الأمر مفروغ منه إذ قد قام به غيرك وهو الله تعالى وماقام به غيرك لافائدة في قيامك به فيكون قيامك فضولا

Adapun mengatur atas kehidupan si MURID dengan melalui perjalanan yang mudah (simple) akan menolongnya atas TADBIR tersebut, maka tidak berbahaya bagi si MURID, oleh karenanya maka datang TADBIR tesebut dari setengah kehidupan. Maka apapun yang diatur tentang urusan dirimu oleh selainmu untuk dirimu, tidak perlu engkau campur tangan (yakni janganlah engkau mendirikannya pula untuk dirimu sendiri). Mempertegas (mushonnif) "sesungguhnya berbagai urusan berada dalam kelengkapan (beres) dari perkara tersebut", karena sesungguhnya telah mengatur atas perkara tersebut oleh selain dirimu, yakni dialah Allah ta'ala, dan tidaklah bermanfaat dalam pengaturanmu atas perkara tersebut, maka terbukti pengaturanmu itu adalah sikap yang berlebihan.....
Jadi, Seorang MURID yang sedang berbakti kepada Allah, serta rizkinya telah ditanggung-jawab olehNya, maka tidak perlu sungguh-sungguh dalam berpikir yang mengakibatkan kecapean dan kerepotan serta melupakan cita-cita ingin wushul kepada Alah....


Adapun untuk memperoleh kurnia Allah, hal seperti itu bahkan diperintah olehNya:

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.

(Qs 62 Al-Jumu'ah: 10)
Oleh karenanya, dalam berusaha mencari kurnia Allah, semata-mata melaksanakan aturan dan perintahNya, dan juga mencari ridlonya, sedangkan hasil dan tidaknya Si MURID mesti berusaha sabar, ikhlas dan juga tawakkal kepada Allah yg menentukan jalan kehidupan si MURID.....
لاينبغي أن يلتبس به ذو العقول وأيضا فيه ترك العبوديه ومضاة لأحكام الربوبية ومنازعة القدر وإنما خاطب المريد بذلك لأنه إذا توجه لحضرة الرب واشتغل بأوراد الطريق وأعماله تعطلت عليه أسباب معاشه في الغالب فيأته الشيطان ويوسوس له ويصير
يدبر في نفسه أمورا لايقع أكثرها


Tidak perlu keliru (salah langkah) bagi yang punya akal atas sesuatu perkara. Lagi pula dalam perkara tersebut tersirat meninggalkan UBUDIYAH, serta menentang terhadap hukum-hukum ketuhanan yang mengatur, serta menentang taqdir. 
Dan, sesungguhnya yang dicerahahi hikmah tadi adalah atas diri si MURID, karena sesungguhnya tatkala si MURID menghadap ke HADROTUR ROBBI (hadapan robb), dan sibuk oleh berbagai aurod perjalanan, dan berbagai amal-amalnya, maka kosong bagi si MURID berbagai ASBAB MA'ISYAH dalam keumumannya. 
Maka akan datang setan, dan membisikan atas si MURID, maka terjadi atas diri si MURID mengatur dirinya si MURID atas setiap perkara, maka mengaturnya tersebut pada umumnya tidak akan didapatinya....

UBUDIYAH: maksud ubudiyah disini yaitu seluruh anggota badan yang keluar dari rahim Ibu, yg membentang bagaikan mayit, atau pribadi yang wajib dibuktikan kepada Allah....

و ذلك يشغله عما هو بضدده فيرجع عما هو مثوجه له ودواء ذلك كثرة الذكر والرياضة حتى يرجع عنه الشيطان وتحصل له الراحة من تعب التدبير

Nah... perihal yang telah diceritakan diatas tadi adalah suatu perkara yang menyibukannya dari perkara, yakni yang dinamakan PERKARA disini adalah PERLAWANAN-nya PERKARA, MAKA bagi si MURID mesti kembali dari perkara yang menghadap perkara tersebut atas si MURID. Adapun obatnya PERKARA (maksudnya, sesuatu yang menjadi perlawanannya si MURID) adalah memperbanyak dzikir serta latihan sehingga menjauh si setan dari dirinya si MURID. Nah...kalau demikian maka bakal hasil bagi si MURID satu kesenengan dari lelahnya ngatur....
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar