إِرَادَتُكَ
الْتَّجْرِيْد- اي ميل نفسك ايها المريد الصادق الى التجريد عن الاسباب
الظاهرية اي خروجك عنها وعدم معاناتها – مَعَ إِقَامَةِ الْلَّهُ إِيَّاكَ
فِيْ الْأَسْبَاب مِنَ الْشَّهْوَةِ الْخَفِيَّةِ
Yang
di maksud dalam Matan Hikam yang kedua ini adalah Keinginan kamu
menyerahkan semua pengharapan kepada Allah (tajrid) di saat ini
Maksudnya adalah Wahai seseorang yang mengharapkan (murid / salik)
Condongnya keinginanmu (nafsu) yang dibenarkan pada pengaharapanmu
berpasrah diri pada allah disaat ini atas semua sebab-sebab perkara
lahiriyah yang di harapkan oleh syeikh ibnu athoillah di sini agar
kiranya semua murid / salik agar setiap murid itu keluar dari
mengharapkan hasil daripada sebab dan terlalu bergantung pada sebab yang
intinya sebab itu adalah Ghoirullah (selain allah) karena teramat
mustahil keinginanmu yang masih bergantung pada sebab dan akibat itu
bisa besertaan disisi allah sedangkan rasa ketergantunganmu itu masih
teramat kuat pada selain allah (sebab-akibat) itu masih termasuk seorang
yang terjebaka pada halusnya syahwat yang tersembunyi.
Mengenai maqam tajrid, terdapat dalam firmannya (dalam surat Al_Muzammil ayat 1-4) :
يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ . قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا . نِصْفَهُ
أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا . أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآَنَ
تَرْتِيلًا .
1. Hai orang yang berselimut (Muhammad), 2. Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), 3. (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. 4. Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.
Mengenai maqam asbab, terdapat dalam firmannya (dalam surat al-Furqan ayat 20) :
بعضكم لبعض فتنة اتصبرون وكان ربك بصيرا وجعلنا
20. dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. maukah kamu bersabar dan adalah Tuhanmu Maha Melihat.
a. Maqom Tajrid
Maqam Tajrid adalah dirimu jauh untuk melaksanakan asbab (berinteraksi
dengan manusia lain/bekerja) karena posisi dan kondisi mu itu menuntut
untuk meninggalkannya.atau bisa di istilahkan Hablun min Allah.
Ciri-cirinya adalah dirimu sudah ada yang menjamin dalam masalah rizqi,
sehingga dengan mudah engkau dapat menghindar ke akhirat.
b. Maqam Asbab adalah selalu di kuasai oleh asbab(cara-cara interaksi
dengan sesama), maksudnya di manapun ia bergerak, ia tidak bisa
menghindar dari asbab tersebut.atau bisa di istilahkan dengan Hablun min
an-nas.
Ciri-cirinya adalah dirimu adalah punya tanggung jawab terhadap
kehidupan orang lain, sehingga harus memikirkan keberlangsungan
kehidupan mereka.
engkau
harus tahu situai dan posisi apa yang sedang Allah SWT tempatkan
padamu. Ingatlah sekarang Allah sedang memposisikan dirimu di maqam
asbab. Buktinya ia bebankan padamu tanggung jawab sebagai kepala
keluarga. Apabila kau berpaling dari posisi ini, ingat engkau sedang
melakukakan ta’at secara lahiriyyah, tetapi sebenarnya kau mengikuti
hawa nafsumu, agar kelihatan zuhud dan sufi di mata orang lain. Dan ini
adalah kesalahan besar dan bahaya dalam syari’at agama Islam. Adapun
metode dan sistem semestinya engkau harus tahu apabila Allah menjadikan
dirimu pemimpin keluarga berarti artinya Dia telah memberikan tanggung
jawab urusan keluarga padamu. Artinya engkau tidak bisa bermuamalah
dengan Allah atas dasar keadaan dirimu sendiri saja, tapi kamu perlu
memperhatikan kahidupan istri-istri dan anak-anakmu. Dengan kata lain,
apabila engkau menyangka dirimu telah percaya penuh dengan pembagian
Allah SWT sehingga kau konsen penuh untuk beribadah dan meninggalkan
dunia, lalu kenapa engkau paksa istri dan anakmu untuk menjalankan
kepercayaan itu? Dan untuk menjalankan zuhud yang kau inginkan itu?
Katakan pada orang ini : “Allah SWT telah menempatkan di antara dua piringan timbangan syari’atNya. Firman Allah SWT :
وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ . أَلَّا تَطْغَوْا فِي
الْمِيزَانِ . وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلَا تُخْسِرُوا
الْمِيزَانَ.
7. Dan Allah Telah meninggikan langit dan dia meletakkan neraca (keadilan). 8. Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. 9. Dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.
Ingatlah!
hidup ini untuk keluargamu bukan untuk dirimu sendiri, dan yang dapat
mengatur perjalanan agamamu adalah ketentuan syari’at-Nya. Sementara
syara’ menyuruhmu untuk mempersiapkan-semampumu- kehidupan yang layak
bagi keluargamu, dan untuk mendidik putra-putrimu lahir dan batin dengan
didikan yang baik lagi sempurna. Apabila engkau berpaling dari asbab
ini, itu artinya kau telah berbuat buruk dan su’ul-adab kepada allah
SWT. Karena kau telah berpaling dari aturan-aturan(Sunnatullah) yang
semestinya.
Dan ingatlah! mematuhi perintah-perintah ini adalah ibadah bagimu, itu adalah tasbih dan tahmidmu.
Yang perlu di perhatikan, ta’at dan ibadah itu tidak tertentu hanya pada
amalan-amalan khusus saja, lalu bila tidak melakukan amalan-amalan itu
ia di sebut materialistis (bersifat duniawi).
Tapi semua amal kebaikan itu ibadah, apabila ada niat dan tujuan Allah SWT tergantung situasi dan kondisi.
تنوعت اجناس الأعمال بتنوع واردات الاحوال
“Amal itu bermacam-macam sesuai keadaan manusia”
Oleh karena itu, amal shalih bagi orang yang tidak ada hubungan dengan
masyarakat dan jauh dari tanggung jawab(seperti santri) itu adalah
ibadah yang kembali pada dirinya seperti sholat, puasa, dzikir dan
lain-lain.
وَإِرَادَتُكَ الْأَسْبَابَ – اي التسبب والاكتساب – مَعَ إِقَامَةِ
الْلَّهُ إِيَّاكَ فِيْ الْتَّجْرِيْدِ – اي بأن يسرلك القوة من حيث لا
يحتسب وجعل نفسك مطمئنة عند تعذره متعلقة بمولاها ودمت علي الاشتغال بوظائف
تعالي العبادات – انْحِطَاطٌ عَنِ الْهِمَّةِ الْعَلِيَّةِ – لارادتك
الرجوع الي الخلق بعد تعلق بالحق ولولم يكن الا مخالطة أبناء الدنيا فيماهم
فيه لكان كافيا في دناءة الهمة
Sedangkan
keinginanmu untuk selalu berkecimpung di dalam maqom al-asbab ) sebab
dan musabab pekerjaan.sedangkan Allah menempatkanmu pada maqom at-tajrid
intinya allah telah memudahkanmu dalam bentuk kekuatanmu untuk
mengerjakan sebab dan menerima akibat dari sumber yang tidak disangkanya
dan allah juga yang telah menjadikan kamu seorang yang tenang ketika
sulitnya atau berkurangnya kekuatan pada dirimu namun dirimu tetap
bergantung pada allah semata dan dirimu tetaplah seorang yang
melanggengkan diri pada semua ketetapan dari allah swt adalah ibadah itu
adalah satu penurunan dari pada himmah ( pemikiran yang tinggi ) karena
sebab keinginanmu kembali bergantung pada mahluk setelah bergantung
dirimu pada allah.walaupun adanya dirimu itu tidak mencampur ketetapan
dunia di dalam perkara yang telah di tetapkan allah dalam masalah ini .
karena dalam masalah ini keadaanmu terpenuhi oleh sebab jelek-jeleknya
tujuanmu.
dengan
kata lain Ada sebagian orang yang sudah tidak memerlukan lagi mencari
rizki karena dia tidak mengurusi keluarga dan orang lain dan sudah di
anugrahi Allah kecukupan rizki, maka dia harus menggunakan waktunya
untuk mencari ilmu, ibadah dan dzikir (mengingat Allah).disini syeikh
Ibnu Athoillah menyarankan untuk tidak terjun masalah duniawi karena itu
akan menurunkannya dari cita-cita luhur.Apabila engkau ingin
bermalas-malasan karena telah percaya pada hartamu, lalu kamu hanya
makan, minum dan tidur sampai kamu mati, ini artinya kahidupanmu seperti
hewan. Adapun jika kamu ingin mempelajari agama-Nya dimana karena kamu
telah kecukupan dalam segi materi, maka inilah metode terbaik dan paling
tepat bagi orang yang memiliki cita-cita luhur. Itu di karenakan ketika
Allah SWT menjauhkan dirimu dari tanggung jawab, itu berarti Allah
menempatkan dirimu pada maqam tajrid.
Apabila orang ini berkata : “Tapi bekerja kan juga ibadah, sesuai dengan firman Allah SWT ……dan sabda Rasul…. ?”.
Maka
ketahuilah! bahwa gejolak jiwa yang menggodanya ini adalah rayuan
syaitan dan itu hanyalah penurunan dari derajat yang tinggi
Jika
perkataan ini benar perintah ketuhanan, itu berarti kita akan
menyalahkan perbuatan para santri-santri yang mondok diberbagai pondok.
Yaitu para pemuda yang di tempatkan Allah pada maqam tajrid dan bebas
dari beban asbab lalu mendarmakan hidupnya untuk mempelajari agama Islam
dan hukum-hukumnya. Para pemuda-pemuda ini selama belum memiliki beban
tanggung jawab keluarga atau masyarakat, dan mereka masih tetap dan
semangat belajar ilmu-ilmu agama Islam, maka kita menganggap mereka
adalah orang-orang besar dan orang-orang yang lebih di antara
manusia,kita mengharap turunnya rahmat Allah bertawassul dengan mereka.
Dari
sini kami dapat menyimpulkan bahwa syara’ itulah yang menjadi barometer
seorang apakah dia ada di maqam tajrid atau asbab?. Apabila sampai
melewati ketentuan-ketentua syari’at demi mengikuti keinginan dan
kesukaan hatinya, maka akan terjebak dalam kondisi yang disebut syahwat
yang samar (الشهوة الخفية), atau turun dari cita-cita tinggi (انحطاط عن
الهمة العلية).ini adalah kelalaian diri.
================================================================
Yang di maksud dengan :
Al-Tajrid
: Berarti seseorang yang tidak lagi bimbang sedikitpun di dalam hatinya
akan janji-janji yang telah di tetapkan allah itu bergantung pada sebab
dan akibat , karena seseorang itu telah mencapai martabat tawakkal yang
tertinggi (tajrid).
AL-ASBAB : sesuatu yang menjadi sebab dan akibatnya (wasilah) seorang
Murid / salik sampai di sisi allah swt yaitu pencapaian puncak di dunia
ini dengan perkara yang selain allah.Umpamanya mencari rezeki yang halal
melalui dagang dan bekerja yang diridhoi Allah. jadi Usahahnya itu
adalah sebab rizkinya itu adalah akibat padahal allah itu tidak butuh
itu semuanya.
================================================================
Seperti firman allah dalam alqur’an :
وَتَوَكَّلْ عَلَى ٱلْحَىِّ ٱلَّذِى لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِۦ ۚ وَكَفَىٰ بِهِۦ بِذُنُوبِ عِبَادِهِۦ خَبِيرًا
Dan
bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan
bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui
dosa-dosa hamba-hamba-Nya. (Al-Furqan ayat 58)
وَمَا
لَنَآ أَلَّا نَتَوَكَّلَ عَلَى ٱللَّهِ وَقَدْ هَدَىٰنَا سُبُلَنَا ۚ
وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَىٰ مَآ ءَاذَيْتُمُونَا ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ
فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُتَوَكِّلُونَ
Mengapa
kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan
jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap
gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah
saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri ( Ibrahim -12)
وَعَلَى ٱللَّهِ فَتَوَكَّلُوٓا۟ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman (al maidah 23)
Dalam
hal ini Para Nabi-nabi dan para ‘arifin telah mengumpulkan dalam
mufaqatnya bahwasanya dalam hal wajibnya bertawakkal kepada allah bagi
semua mahluk yang Hidup .karena setiap Mahluk itu pastilah bergantung
kepada allah dan sangatlah di wajibkan dalam setiap Usahanya itu
haruslah bergantung pada allah bukan pada selain allah (sebab-akibat )
karena allah itu maha meliputi pada hasil akhirnya bukan menilai pada
sebab dan akibatnya.
Tawakkal
adalah bagian dari syari’at islam, karenanya setiap orang diperintahkan
untuk bertawakkal. Al-Qur’an sangat menaruh perhatian terhadap
permasalahan tawakal ini. Sehingga dijumpai banyak ayat-ayat yang secara
langsung menggunakan kata yang berasal dari kata tawakkal.
1 .Ayat-ayat yang menyebutkan Tawakal merupakan perintah Allah SWT.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an ;
وَإِن جَنَحُواْ لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Dan
jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui. ( QS. Al Anfaal : 61 )
Diayat lain Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman :
وَلِلّهِ
غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الأَمْرُ كُلُّهُ
فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا
تَعْمَلُونَ
Dan
kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan
kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia,
dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari
apa yang kamu kerjakan.( QS. Huud : 123 )
Firman Allah :
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ
Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, (QS. Asy Syu’arra : 217)
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّكَ عَلَى الْحَقِّ الْمُبِينِ
Sebab itu bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran yang nyata.(QS.An Naml:27 )
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا
dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara. (QS.Al Ahzab : 3 )
وَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ وَدَعْ أَذَاهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا
Dan
janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang- orang munafik
itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada
Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pelindung.(QS.Al Ahzab : 48 )
2.Ayat
yang membicarakan tentang larangan bertawakal selain kepada Allah
(menjadikan selain Allah sebagai penolong): Allah berfirman (QS. 17:2)
وَآتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَاهُ هُدًى لِّبَنِي إِسْرَائِيلَ أَلاَّ تَتَّخِذُواْ مِن دُونِي وَكِيلاً
Dan
Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat
itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): “Janganlah kamu mengambil
penolong selain Aku,( QS. Al Israa’:2 )
3.Orang yang berimana hanya bertawakkal kepada Allah.
Allah berfirman :
إِذْ هَمَّت طَّآئِفَتَانِ مِنكُمْ أَن تَفْشَلاَ وَاللّهُ وَلِيُّهُمَا وَعَلَى اللّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
ketika
dua golongan dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah
adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah kepada
Allah saja orang-orang mu’min bertawakkal.(QS.Ali Imran : 122)
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
إِن
يَنصُرْكُمُ اللّهُ فَلاَ غَالِبَ لَكُمْ وَإِن يَخْذُلْكُمْ فَمَن ذَا
الَّذِي يَنصُرُكُم مِّن بَعْدِهِ وَعَلَى اللّهِ فَلْيَتَوَكِّلِ
الْمُؤْمِنُونَ
Jika
Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu;
jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah
gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu?
Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu’min bertawakkal.
(QS. Ali Imran “ 160 )
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اذْكُرُواْ نِعْمَتَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ
هَمَّ قَوْمٌ أَن يَبْسُطُواْ إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ
أَيْدِيَهُمْ عَنكُمْ وَاتَّقُواْ اللّهَ وَعَلَى اللّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ
الْمُؤْمِنُونَ
Hai
orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan ni’mat Allah (yang
diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak
menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah
menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya
kepada Allah sajalah orang-orang mu’min itu harus
bertawakkal.(QS.Al-Maidah :11 )
قَدِ
افْتَرَيْنَا عَلَى اللّهِ كَذِبًا إِنْ عُدْنَا فِي مِلَّتِكُم بَعْدَ
إِذْ نَجَّانَا اللّهُ مِنْهَا وَمَا يَكُونُ لَنَا أَن نَّعُودَ فِيهَا
إِلاَّ أَن يَشَاء اللّهُ رَبُّنَا وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا
عَلَى اللّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا
بِالْحَقِّ وَأَنتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ
Sungguh
kami mengada-adakan kebohongan yang benar terhadap Allah, jika kami
kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan kami dari padanya. Dan
tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan kami
menghendaki(nya). Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada
Allah sajalah kami bertawakkal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara
kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan
yang sebaik-baiknya.( QS. Al A’raf : 89 )
TAWAKKAL
Adalah Keyakinan yang terakhir inilah yang paling tinggi dan yang
dikehendaki dari setiap orang ber-iman.Keyakinan ini merupakan pangkal
atau fundamental pijakan kita menuju Allah SWT. Keyakinan
yang tinggi digambarkan sebagai keyakinan yang mutlak dan bulat yang
tak dapat diganggu, tak dapat digoyahkan, bagaikan bola besi (bukan
seperti bulat bola pingpong yang kalau dipukul keras bisa pecah atau
benjol). seperti firman allah.
قُل لَّن يُصِيبَنَا إِلاَّ مَا كَتَبَ اللّهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَا وَعَلَى اللّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Katakanlah:
“Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah
ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada
Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS. At Taubah : 51 )
Keadaan
atau kondisi semacam ini akan menghasilkan kekuatan yang maha dahsyat
pada mereka yang memilikinya; dengan perkataan lain kondisi ini akan
membuahkan berbagai kebaikan (khoiran), kemenangan, keberuntungan,
kejayaan, rahmat, ampunan, keberkahan, kebahagiaan dunia dan akhirat.
Hal kedua yang harus ditekankan ialah kepasrahan kepada Allah Rabbul
‘Alamin. Kepasrahan seperti apa yang dikehendaki oleh Allah yang Maha
Rahman ?
Jawabnya
adalah Kepasrahan total tanpa syarat atau tanpa serep (reserve), bukan
kepasrahan basa-basi atau kepasrahan seorang penjahat kepada polisi,
setelah si penjahat tsb terpaksa menyerah karena tak ada daya lagi untuk
lolos alias terpojok.
Yang
diinginkan oleh-Nya adalah kepasrahan dengan sukarela dan hanya
kepada-Nya saja, bukan kepada yang lain (ikhlas). Kepasrahan ini
bagaikan kepasrahan seorang bayi dalam pelukan ibunya, ia tidak
memikirkan apa yang bakal terjadi pada dirinya; semuanya milik Allah,
terserahlah kepada-Nya saja. Kepasrahan juga berarti tunduk dan patuh
kepada kehendak-Nya, kepada petunjuk-Nya, kepada kodrat-Nya dan
iradat-Nya.
Hal
ketiga yang perlu ditekankan adalah keharusan untuk berbudi pekerti
atau berakhlak yang luhur. Dalam Islam hal ini digambarkan dengan wudhu
perbuatan yang tidak boleh batal dalam kehidupan sehari-hari. Ketika
batal wudhu dengan mudah kita berwudhu lagi, tetapi ketika perbuatan
kita yang tercela, berlumur dosa, semisal menyakiti saudara kita tanpa
alasan yang pantas, sukar sekali memulihkannya. Dalam hal itu kita
membuat dua dosa / kesalahan, kepada orang itu langsung dan kepada
Allah. Dalam Hadis nabawi di jelaskan
أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا خَرَجَ
الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ قَالَ يُقَالُ حِينَئِذٍ
هُدِيتَ وَكُفِيتَ وَوُقِيتَ فَتَتَنَحَّى لَه
Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika seorang laki-laki keluar
dari rumahnya lalu mengucapkan: ‘BISMILLAHI TAWAKKALTU ‘ALAALLAHI LAA
HAULA WA LAA QUWWATA ILLA BILLAH (Dengan nama Allah aku bertawakal
kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah). ‘
Beliau bersabda: “Maka pada saat itu akan dikatakan kepadanya, ‘Kamu
telah mendapat petunjuk, telah diberi kecukupan dan mendapat penjagaan’,
hingga setan-setan menjauh darinya. Lalu setan yang lainnya berkata,
“Bagaimana (engkau akan mengoda) seorang laki-laki yang telah mendapat
petunjuk, kecukupan dan penjagaan.”
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا رَوَى عَنْ
اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَّهُ قَالَ يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ
الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَا
تَظَالَمُوا يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ
فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلَّا مَنْ
أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُونِي أُطْعِمْكُمْ يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ
إِلَّا مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُونِي أَكْسُكُمْ يَا عِبَادِي
إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ
الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ يَا عِبَادِي
إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّي فَتَضُرُّونِي وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي
فَتَنْفَعُونِي يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ
وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ
مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ
أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ
قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا يَا
عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ
قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ
مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلَّا كَمَا يَنْقُصُ
الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ
أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ
وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا
يَلُومَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ
“Hai
hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan diri-Ku untuk berbuat
zhalim dan perbuatan zhalim itu pun Aku haramkan diantara kamu. Oleh
karena itu, janganlah kamu saling berbuat zhalim! Hai hamba-Ku, kamu
sekalian berada dalam kesesatan, kecuali orang yang telah Aku beri
petunjuk. Oleh karena itu, mohonlah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan
memberikannya kepadamu! Hai hamba-Ku, kamu sekalian berada dalam
kelaparan, kecuali orang yang telah Aku beri makan. Oleh karena itu,
mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu makan! Hai
hamba-Ku, kamu sekalian telanjang dan tidak mengenakan sehelai pakaian,
kecuali orang yang Aku beri pakaian. Oleh karena itu, mintalah pakaian
kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu pakaian! Hai hamba-Ku, kamu
sekalian senantiasa berbuat salah pada malam dan siang hari, sementara
Aku akan mengampuni segala dosa dan kesalahan. Oleh karena itu, mohonlah
ampunan kepada-Ku, niscaya aku akan mengampunimu! Hai hamba-Ku, kamu
sekalian tidak akan dapat menimpakan mara bahaya sedikitpun kepada-Ku,
tetapi kamu merasa dapat melakukannya. Selain itu, kamu sekalian tidak
akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kepada-Ku, tetapi kamu merasa
dapat melakukannya. Hai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu
dan orang-orang yang belakangan serta manusia dan jin, semuanya berada
pada tingkat ketakwaan yang paling tinggi, maka hal itu sedikit pun
tidak akan menambahkan kekuasaan-Ku. Hai hamba-Ku, seandainya
orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta jin dan
manusia semuanya berada pada tingkat kedurhakaan yang paling buruk,
maka hal itu sedikitpun tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku. Hai
hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang
belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit untuk
memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka
hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada di sisi-Ku, melainkan
hanya seperti benang yang menyerap air ketika dimasukkan ke dalam
lautan. Hai hamba-Ku. sesungguhnya amal perbuatan kalian senantiasa akan
Aku hisab (adakan perhitungan) untuk kalian sendiri dan kemudian Aku
akan berikan balasannya. Barang siapa mendapatkan kebaikan, maka
hendaklah ia memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan barang siapa yang
mendapatkan selain itu (kebaikan), maka janganlah ia mencela kecuali
dirinya sendiri.”
Dua kategori manusia dalam konteks pencarian hidup di dunia :
1-
Manusia yang ditentukan Allah pada martabat al-Asbab : Golongan ini
bekerja mencari rezeki yang halal.Mereka pada kedudukan ini tidak boleh
berhenti bekerja karena bekerja itu sendiri adalah suatu ibadah.Mereka
yang meninggalkan pekerjaan semata-mata untuk beribadah kepada Allah
yang sebenarnya sedang dirasuk oleh nafsu atau syahwat yang tersembunyi
dan memperdayanya.
2-
Manusia yang ditentukan Allah pada martabat Tajrid : Dalam tingkatan
ini adalah semata-mata anugrah Allah yang tertinggi kepada siapa saja
yang dikehendakiNya.Penghidupannya dipermudahkan oleh Allah sehingga dia
tidak perlu bersusah payah dan bimbang serta ragu-ragu lagi dengan
urusan mencari Bekal hidup yang berhubungan dengan kebendaan.Malah
yang banyak rizki pula yang datang kepadanya karena itu telah yaqinakan
janji yang di tetapkan allah kepadanya.
Golongan
yang kedua ini walaupun mereka bekerja tetapi pekerjaan tidak
mengganggu pemikiran dan tumpuan kepada allah swt dan dalam hatinya
hanyalah allah yang menjadi sebab dan akibat berhasilnya semua urusan
duniawi dan ukhrowinya .
Pencapaian Murid dan salik dalam melalui (keluar) dari tahap – tahap kemauan dan harapan atau al-Irodah :
1- Irodah al-Tab’iy yaitu kemauan nafsu yang rendah dan keluar daripada kehendak ini adalah wajib.
2-
Irodat al-Tamanni yaitu kemauan orang-orang yang bertawajjuh atau
menuju pencapaian diri kepada keridhoan Allah dengan dirinya.
3-
Irodah al-haq yaitu kemauan orang yang ikhlas yang hakikatnya
membersihkan diri daripada kecintaannya pada yang selain Allah yaitu
semua perkara yang dianggap najis syirik yang jali ( terang ) dan syirik
yang khofi ( tersembunyi ).
TAJRID bagi ahli al-thoriq : menghilangkan keakuan hati dan sirr dan itu merupakan martabah yang tinggi.
1- Orang yang mencapai martabah khowas tidak wajar turun ke martabat awam.
2-
Asbab itu bagi orang ahli Bidayah yang menjalani jalan ahli al-tawajjuh
yaitu orang yang bergantung perhatian dan pengharapannya kepada
keridhoan Allah.
3-
Tajrid adalah ahli al-muwajahah (berhadapan) yang sampai kapada allah
atau mereka yang tenggelam dalam kemesraan dan ke’asyikan jiwa mereka
dalam maqom tauhid muthlaq.Mereka itu sering disebut ahli al-jazb yang
tenggelam dalam kefana`an diri yaitu dia yang lebur dalam
Ikhathoh,ma’iyah dan kedekatan yang sesungguhnya pada kebesaran Allah
semata sehingga tiada yang ada kecuali allah semata.
Ada
pemuda yang di perintah oleh ayahnya : “Aku akan mengurusi dan memenuhi
segala keperluanmu, yang aku kehendaki kamu Cuma konsentrasi
mempelajari kitab Allah dan syari’at-Nya!” Maka santri
ini oleh Allah SWT telah di tempatkan di maqam tajrid. Oleh karena itu
dia dituntut untuk melakukan hal yang sesuai dengan maqamnya, yaitu
mempelajari al-Quran dan ilmu syri’at.
Orang
seperti ini tidak boleh dikataan : “Syara’ memerintahmu untuk mencari
rizqi dan mencegah untuk melakukan pengangguran”. karena yang
diperintahkan syara’ untuk pergi ke pasar dan mencari rizqi itu adalah
orang-orang yang tidak memiliki tanggung jawab seperti orang tua dan
para pejabat. Adapun orang yang telah di beri Allah SWT kebutuhan rizqi,
seperti santri maka di dia syari’atkan tidak mencari rizqi. Yang di
larang Syara’ adalah jadi pengangguran padahal santri bukan menganggur
tetapi waktunya di alihkan dari maqam asbab(cari rizki) ke maqam tajrid
(mempelajari agama).